Senin, 04 April 2011

Imunisasi Itu Sangat Penting

Imunisasi Sangat Penting, Namun Jangan Salah Kaprah!
-      Imunisasi Hanya Mencegah, Bukan Mengobati
-      Imunisasi Wajib dan Disarankan Sama Pentingnya

Mulai dari bayi menghirup udara di dunia sampai anak berumur 12 tahun, ia masih memerlukan imunisasi. Diberikan secara bertahap sesuai usia. Benarkah imunisasi bermanfaat? Apa saja jenis imu...nisasi itu dan bagaimana jadwal pemberiannya?

Apa perasaan Anda jika dokter memvonis penyakit si kecil disebabkan kelalaian orangtua mematuhi jadwal imunisasi? Malangnya, kelalaian ini terjadi karena orangtua sibuk bekerja, atau malah menganggap remeh imunisasi ini. Mereka pikir, terlambat sedikit mengimunisasi sang buah hati tak masalah. Padahal keterlambatan – apalagi sampai tidak memberikan imunisasi – bisa menyebabkan kecacatan seumur hidup, bahkan kematian.

Perlu diketahui, sistem pertahanan tubuh bayi sangat lemah, karena imunitas atau daya tahan tubuhnya belum terbentuk sepenuhnya. Ini menyebabkan bayi berisiko tinggi terjangkit pelbagai penyakit. Sebut saja, penyakit polio, TBC, difteria, tetanus, hepatitis A dan B, thypus, influenza, atau cacar air. Jenis penyakit ini dapat dihindari dengan pemberian imunisasi.

Apa Itu Imunisasi?
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh pada anak usia balita masih sangat rentan. Sistem imun dibagi menjadi dua, yaitu spesifik dan non spesifik.

Disebut sebagai non spesifik karena ditujukan untuk menangkal masuknya zat asing dari luar tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan atau penyakit seperti bakteri, virus, parasit dan zat-zat lain yang berbahaya bagi tubuh. Misalnya diare, yang merupakan mekanisme tubuh untuk menolak zat asing masuk ke saluran pencernaan. Selain itu, air ludah mengandung enzim untuk membunuh kuman, atau di lambung terdapat asam lambung, yang juga berguna mematikan kuman.

Sistem imun spesifik dapat diperoleh melalui pengalaman dan secara buatan. Sistem imun dengan pengalaman berarti sebelumnya tubuh sudah pernah terkena penyakit atau setelah tubuh berinteraksi dengan lingkungan. Contohnya, anak yang sudah pernah menderita cacar air, akan kebal terhadap penyakit serupa.

Sedangkan sistem imun secara buatan diperoleh dengan sakit buatan. Hal inilah yang disebut sebagai imunisasi, yaitu memberikan kuman tertentu yang sudah dilemahkan. Tubuh akan mengenal dan memiliki zat antibody terhadap kuman tertentu.

Ada dua jenis vaksin, yaitu vaksin hidup dan mati. Vaksin hidup berasal dari kuman atau mikroorganisme yang dilemahkan, baik dari bakteri maupun virus. Sedangkan vaksin mati diperolah dari kuman mati. Anak dengan gangguan kekebalan tubuh sebaiknya diberikan imunisasi yang berasal dari vaksin mati.

Imunisasi = Asuransi
Imunisasi itu seperti asuransi. Jika buah hati Anda diimunisasi, maka perlindungan daya tubuhnya akan terjamin. Namun, jika tidak atau lalai diberikan, maka tak ada jaminan perlindungan.

Tapi ingat, bayi yang sudah mendapat imunisasi bukan berati dia akan bebas sepenuhnya dari penyakit. Masih ada kemungkinan terserang penyakit, namun risikonya tidak separah jika tidak mendapatkan imunisasi.

Tingkat perlindungan imunisasi berbeda-beda. Sebagian besar anak yang diimunisasi akan terhindar dari penyakit tersebut, tetapi tidak seratus persen.

Prinsipnya, begitu bayi lahir ke dunia, dia sudah memiliki kekebalan tubuh yang didapat dari sang ibu. Atau bisa juga didapat secara alami, yakni pada waktu si kecil sembuh dari sakit. Inilah yang dikatakan imunisasi pasif. Sedangkan vaksin yang biasa diberikan ke tubuh anak melalui suntikan atau oral, disebut imunisasi aktif. Namun kondisi setiap anak berbeda. Jadi, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan berikanlah imunisasi aktif.

Imunisasi Pertama: Sebelum Usia 12 Jam
Sebaiknya, bayi diimunisasi sebelum usia 12 jam dengan vaksin Hepatitis B. Setelah itu imunisasi polio yang diberikan saat bayi dipulangkan. Imunisasi berikutnya dilanjutkan sesuai jadwal, bisa mengikuti Puskesmas ataupun rekomendasi dokter anak.

ASI Bukan Imunisasi
Walau ASI meiliki zat antibodi, bukan berarti ASI bisa menggantikan imunisasi.
Sebab, antibodi (imunoglobulin) yang terdapat dalam ASI bersifat umum, tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Secara umum, anak yang diberikan ASI lebih tahan terhadap berbagai penyakit.

Sedangkan imunisasi bersifat spesifik untuk penyakit tertentu. Karena, penyakit yang bisa dicegah adalah penyakit yang sudah diberikan imunisasinya ke anak. Imunisasi Hepatitis B hanya melindungi terhadap penyakit Hepatitis B, tidak terhadap hepatitis A ataupun penyakit lain. Bayi yang tidak diimunisasi, tidak memiliki antibodi spesifik sehingga mungkin terkena penyakit-penyakit imunisasi, yang rata-rata fatal.

Persiapan Sebelum Imunisasi
Lantas, apa saja yang harus dipersiapkan orang tua sebelum pemberian imunisasi? Ada tiga hal penting, yaitu ikut imunisasi sesuai jadwal, kondisi dan riwayat kesehatan anak dan konsultasi ke dokter.

Jika pada waktu yang telah ditentukan, si kecil sedang menderita demam, batuk pilek atau mencret, sebaiknya pemberian imunisasi ditunda terlebih dahulu. Tanyakan kepada dokter yang biasa menangani, kapan anak bisa dibawa kembali ke Rumah Sakit untuk diberikan imunisasi.
Pada anak-anak yang menderita penyakit berat seperti kanker, leukemia, HIV/AIDS, pemberian imunisasi harus benar-benar mendapat pengawasan dokter. Mereka yang mengalami gangguan kekebalan tubuh tidak boleh diberikan vaksin hidup. Sebab kuman yang tadinya lemah, menjadi kuat di tubuhnya. Akibatnya anak bisa tambah sakit.

Tepati Jadwal
Jangan pernah menunda-nunda pemberian imunisasi. Walaupun tidak menimbulkan risiko yang parah, kebanyakan ibu masih sering lupa jadwal imunisasi anaknya dan menganggap remeh. Begitu pula jika kondisi anak tidak memungkinkan atau sedang sakit, segera obati sakitnya. Supaya jadwal imunisasinya tidak mundur terlalu lama. Usahakan tidak lebih dari seminggu!

Efek Imunisasi
Banyak orangtua panik tatkala sang buah hati panas seusai imunisasi. Misalnya BCG, imunisasi ini mengakibatkan si kecil mengalami pembengkakan kecil dan merah di tempat. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan luka parut kecil.

Vaksin DPT, bayi akan menderita panas setelah mendapat imunisasi ini. Panas ini akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari.

Untuk vaksin campak, ada kemungkinan anak mengalami panas, kadang disertai kemerahan 4-10 hari setelah imunisasi. Sedangkan imunisasi polio dan hepatitis A biasanya tidak menilmbulkan efek samping.

Kalau Sekolah Mengadakan Imunisasi
Orangtua musti mengikuti jadwal imunisasi yang dikeluarkan Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). Biasanya, di sekolah diadakan program imunisasi, seperti DPT dan polio, ulangan. Jika memang sudah diimunisasi oleh dokter, tidak usah diberikan lagi di sekolah.

Untuk penyuntikan di area berbeda, ia menegaskan tidak ada dampak. Sebab, biasanya imunisasi disuntikkan di area lengan atas dan paha atas, bukan jaringan dalam kulit.
Yang harus diingat, ketika anak habis diimunisasi berikanlah makanan yang banyak mengandung protein,vitamin, mineral, dan banyak minum air.

Written by Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar