Senin, 04 April 2011

Imunisasi yang Disarankan

Selain imunisasi yang diwajibkan seperti BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, serta Campak, terdapat pula yang disarankan. Apa saja jenis-jenis imunisasi tersebut? Adakah akibat fatal yang jika anak tak mendapatkan imunisasi disarankan itu?

Mungkin Anda agak sedikit bingung, mengapa ada imunisasi yang diwajibkan dan ada yang hanya disarankan. Imunisasi seperti Hib, Pneumokokus (PVC), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A serta Varisela tergolong ke dalam imunisasi yang disarankan. Hal tersebut terjadi karena vaksin untuk jenis-jenis imunisasi tersebut tidak disediakan oleh pemerintah, sehingga jika ingin melaksanakan imunisasi jenis tersebut harus membayar cukup mahal. Tentu saja hal yang didapatkan dengan cara membayar tidak dapat diwajibkan, karena mengundang korupsi.
Meskipun hanya disarankan, namun ada baiknya jika imunisasi ini diberikan kepada anak. Bukan berarti karena hanya disarankan, maka anak tidak bakal terjangkit penyakit-penyakit ini. Karena itu, jika orangtua mampu, sebaiknya lengkapi imunisasi dengan imunisasi yang disarankan.

Imunisasi MMR
Vaksinasi MMR diberikan untuk meningkatkan ketahanan tubuh anak terhadap penyakit Mumps (gondongan), Measles (campak) dan Rubella (campak Jerman). Diberikan dua kali yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun.
Vaksin MMR-1 diberikan pada saat usia si kecil 15 bulan. Tapi bila sampai usia 12 bulan si kecil belum mendapatkan vaksin campak, maka MMR dapat diberikan pada saat usianya 12 bulan. Vaksin MMR-2 diberikan pada saat usianya 6 tahun atau mulai masuk SD.

Imunisasi Hib
Imunisasi Hib (Haemophilus Influenzae type b) ini diberikan untuk mencegah penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti radang selaput otak (meningitis), radang paru- paru (pneumonia), radang epiglotis (kerongkong/tenggorokan) yang bisa menyebabkan anak tersedak, keracunan darah (septicaemia). Penyakit Hib kerap terjadi pada bayi usia 2-18 bulan atau balita.
Risiko jangkitan paling tinggi di kalangan kanak-kanak berumur dibawah satu  tahun. Bayi yang mendapatkan ASI, akan mendapat terlindung dari penyakit Hib. Meskipun begitu, imunisasi masih diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal.
Penyakit Hib dapat menyebar, jika orang yang dijangkiti batuk atau bersin, dapat pula menular melalui benda-benda yang dimasukkan kedalam mulut. Jangkitan Hib pada selaput otak bisa mengakibatkan kecacatan otak yang kekal.

Pemberian Vaksin Hib
Umumnya vaksin Hib tidak dianjurkan sebelum bayi berumur dua bulan karena belum dapat membentuk antibodi. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali suntikan di bagian otot paha, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan. Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan bersama imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.
Imunisasi Hib tidak dapat melindungi anak- anak dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus lainnya. Jadi, mungkin saja anak mendapat jenis lain dari jangkitan radang paru- paru, radang selaput otak atau selesma.
Hingga kini di lebih dari 20 negara, termasuk Australia, Kanada, Selandia Baru, sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat, penyakit Hib telah berhasil ditanggulangi dengan menyediakan vaksin Hib dan memasukkannya ke dalam program imunisasi nasional. Namun sayangnya di Indonesia masih menjadi angan-angan belaka.

Imunisasi Tifoid
Imunisasi tifoid ini diberikan kepada anak usia di atas dua tahun dan dapat diulang setiap tiga tahun. Pemberian vaksin ini sangat penting untuk mencegah penyakit tifoid atau demam tifoid.
Virus Salmonella typhosa ini masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, misalnya jajanan di pinggir jalan atau makanan-makanan yang kurang bersih. Tak heran jika insiden atau kejadian tertinggi penyakit tipus terjadi pada anak usia di atas dua tahun atau pada anak usia sekolah.
Gejala penyakit tipus adalah panas, gangguan pencernaan, dan kalau jika sakit berat bisa terjadi gangguan kesadaran. Jika sakitnya ringan, gejala berupa panas dan gangguan pencernaan. Panasnya khas, biasanya lebih dari tujuh hari. Gangguan pencernaannya biasanya berupa diare, atau malah si anak tidak bisa BAB (konstipasi). Demam umumnya naik turun dan biasanya meninggi pada malam hari.

Pemberian Vaksin Tifoid
Untuk memperkecil risiko terserang demam tifoid maka berhati-hatilah dalam memilih tempat makan dengan memperhatikan standar kebersihannya! Untuk pencegahan, saat ini tersedia vaksin tifoid oral (diberikan melalui mulut) dan vaksin suntik dosis tunggal yang efek sampingnya lebih rendah dari vaksin lama yang harus diberikan dalam dosis dua kali suntik. Kedua vaksin tersebut (oral maupun suntik) sama efektifnya dan memberi perlindungan 65%-75% terhadap tifoid.

Imunisasi Pneumokokus (PCV)
Pneumokokus, termasuk pneumonia (radang paru), meningitis atau radang otak, sepsis (keracunan dalam darah) dan infeksi telinga, kian menjadi ancaman kesehatan di seluruh dunia. Imunisasi PCV dengan vaksin pneumokokus konjungat merupakan vaksin kedua yang digunakan untuk mencegah radang selaput otak (vaksin Hib adalah yang pertama). Dulu vaksin ini hanya dianjurkan untuk dewasa berusia 65 tahun atau lebih dan tidak digunakan pada anak karena tipe vaksin yang terdahulu (polisakarida) tidak bagus digunakan pada anak.
Vaksin ini memberikan kekebalan terhadap tujuh strain bakteri pneumokokus penyebab terbanyak infeksi serius yang disebabkan oleh kuman pada anak. Dapat mencegah infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia (radang paru), dan bakteremia akibat bakteri pneumokokus.

Pemberian Vaksin PCV
Pada saat anak berusia 2 - 5 tahun vaksin jenis ini diberikan sebanyak satu kali. Bayi harus mendapatkan vaksin ini sebanyak 4 dosis, yang diberikan pada usia 2, 4, 6 dan 12 – 15 bulan.
Anak yang berusia lebih tua tidak memerlukan pengulangan dosis sebanyak ini. Konfirmasi dengan dokter anak jika anak anda mulai mendapatkan vaksin pada usia yang lebih tua. Untuk anak berusia lebih dari 5 tahun yang ingin diberikan imunisasi dapat diberikan vaksin pneumokokus polisakarida.
Pada anak yang belum mendapatkan PCV pada umur ≥1tahun, maka PCV diberikan dua kali dengan interval 2  bulan. Vaksin pneumokokus dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya.

Imunisasi Influenza
Imunisasi influenza berguna untuk menahan virus penyebab influenza, bukannya kebal terhadap influenza. Hanya mengurangi demam pada anak apabila terkena influenza yang menyebabkan suhu tubuh anak panas.
Ada 3 macam virus influenza yg dimasukkan dalam vaksin influenza, yakni virus influenza A (2 tipe) serta virus influenza B (1 tipe) sub tipe dari virus tersebut adalah virus h1N1, H3N2, N2N1.

Pemberian Vaksin Influenza
Menurut hasil laporan para ahli yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatrics, anak yang hanya diberi satu suntikan vaksin influenza dalam 14 hari atau lebih sebelum influenza terjadi (partially vaccinated) tidak menunjukkan efek yang bermakna atau sama dengan anak yang tidak mendapatkan vaksinasi. Sedangkan anak yang mendapat dua kali suntikan dalam 14 hari atau lebih sebelum terinfeksi influenza (fully vactinated) dapat mencegah terjadinya influenza dan pneumonia hingga 69-87%.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa efektivitas penyuntikan vaksin influenza bagi anak usia 6-23 bulan adalah dua dosis, hal ini sudah direkomendasikan secara menyeluruh untuk dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit influenza.

Imunisasi Hepatitis A
Infeksi hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis dan umumnya menimbulkan gejala dimana demam tidak terlalu tinggi, anak akan kuning, lever biasanya membengkak. Yang paling khas, biasanya anaknya akan mual, nggak mau makan, lemas, yang paling menonjol mata anak akan kuning di bagian putih bola mata.
Masa inkubasi penyakit ini 30 hari dan penularannya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang atau minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Jadi bisa tertular juga oleh air yang terkontaminasi oleh virus hepatitis A, makanan, atau dari orang yang terkena hepatitis A, misalnya makan sepiring dengan orang yang terkena virus hepatitis A tersebut.
Pengobatannya, anak harus istirahat total, karena virus ini memang tidak ada obatnya, artinya begitu daya tahan tubuh bagus anak akan membaik sendiri.

Pemberian Vaksin Hepatitis A
Untuk pencegahan, vaksin hepatitis A bisa diberikan kepada anak mulai umur dua tahun, diberikan dua kali dengan interval 6 -12 bulan secara intra muskular atau subkutan pada daerah deltoid atau paha.
Umumnya reaksi lokal yang dapat terjadi adalah kemerahan, bengkak dan nyeri di tempat suntikan dapat berlangsung beberapa hari.

Imunisasi Varisela
Gejala penyakit cacar air ditandai dengan demam, mulai dari sedang hingga panas tinggi, kemudian muncul gelembung berisi air pada bagian badan atau dada dulu, dan bisa meluas hingga tangan, kaki atau wajah.
Penularannya lewat percikan air liur (ludah), bukan melalui kontak fisik. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.

Pemberian Vaksin Varisela
Untuk mencegah penyakit cacar air (chicken pox), diwajibkan oleh America Academy of Pediatric untuk diberikan kepada bayi yang berusia di atas satu  tahun. Sementara itu, IDAI menganjurkan pemberian vaksin tersebut diberikan setelah anak berusia lima tahun dengan dosis 0,5 ml secara subkutan.
Sebenarnya vaksin ini boleh diberikan di atas 1 tahun. Tapi kenyataannya pada usia anak-anak yang lebih muda misalnya usia 1-5 tahun, gejala penyakit ini tidak seberat yang ditemui pada anak di atas usia 5 tahun. Kalau pun panas, panasnya tidak terlalu tinggi, kalau keluar bintik-bintik merah berisi air, tidak sebanyak yang ditemui pada anak di atas usia 5 tahun. Jadi, kalau ada orang tua yang minta anaknya diberikan vaksin ini di atas usia 1 atau 2 tahun ya nggak masalah.

Pasca imunisasi, reaksi yang terjadi dapat berupa lokal dimana terjadi nyeri atau merah pada area penyuntikan (1%), demam (1%) dan ruam papul-vesikel ringan.

Imunisasi HIV
Imunisasi ini belum ditemukan. Kebanyakan perempuan yang terinfeksi HIV belum mengetahui status HIV-nya sewaktu melahirkan, dan baru dicurigai HIV bila bayinya sering sakit atau tidak tumbuh sebagimana mestinya. Kesehatan bayi tersebut paling rentan pada tahun pertama kehidupannya.
Jika bayi tersebut mengidap HIV positif, jangan diberikan vaksin hidup, seperti polio oral, MMR, BCG, dan Varisela. Pada anak-anak yang menderita penyakit berat seperti kanker, leukimia, HIV/AIDS, pemberian imunisasi harus benar-benar mendapat pengawasan dokter. Pemberian imunisasi pada anak seperti ini tidak boleh terlambat lebih dari seminggu. Ini merupakan salah satu cara untuk mencegah agar anak tidak keburu sakit.
Ya, sekali lagi mencegah lebih baik daripada mengobati. Konsultasikan kepada dokter anak Anda imunisasi apa saja yang dibutuhkan oleh buah hati Anda. Ingat! Selalu bawa buku vaksin saat berkonsultasi dengan dokter. Pastikan anak Anda sehat dan tidak demam kala akan divaksinasi. 


Written by Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar