Anak sudah masuk jadwal diimunisasi, tetapi kebetulan ia sedang demam; apakah tetap harus imunisasi atau ditunda dulu?
Apabila anak demam, sebaiknya pemberian vaksin ditunda. Supaya kalau ada efek dari pemberian vaksin, tidak sulit mencari penyebab demam, karena vaksin atau memang demam.
Kalau anak demam, bengkak, pegal, rewel, kaki tidak dibisa digerakkan lantaran imunisasi, dokter akan memberikan informasi efek dan cara penanggulangannya. Misalnya berikan obat turun panas. Kalau bengkak kompres.
Bagaimana imunisasi untuk bayi prematur?
Pemberian imunisasi untuk bayi prematur sebaiknya ditunda. Pemberian imunisasi seperti vaksin polio oral dapat dilakukan setelah bayi prematur tersebut berumur dua bulan atau berat badan bayi tersebut sudah mencapai lebih dari 2000 gram. Demikian juga untuk vaksin Dipteri Pertusis Tetanus (DPT), Hepatitis B, Hib (Haemophylus influenzae tipe b).
Apa efeknya jika seorang anak tidak diimunisasi?
Pada prinsipnya semua anak memang perlu diimunisasi. Dengan memberikan imunisasi berarti kita telah memberikan perlindungan kepada anak terhadap penyakit yang berkaitan dengan imunisasi tersebut. Kalau anak tidak diimunisasi tentu mempunyai efek, yaitu sangat rentan atau mudah terkena penyakit, yang terkadang sampai mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.
Pada imunisasi terdahulu, anak badannya menjadi panas setelah diimunisasi, bagaimana dengan imunisasi selanjutnya apakah dilanjutkan atau tidak?
Jika ada kejadian ikutan setelah imunisasi seperti panas hanya satu hari, ini dianggap ringan, maka vaksinasi berikutnya dapat dilanjutkan sesuai jadwal. Tetapi jika berat, dosis berikut sebaiknya tidak dilanjutkan. Kalau ini terjadi sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Yang dimaksud dengan kejadian ikutan setelah imunisasi adalah, “Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.” Pada keadaan tertentu lama pengamatan kejadian ikutan setelah imunisasi dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik setelah vaksinasi rubela) atau bahkan sampai enam bulan (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi setelah vaksinasi campak).
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse effects), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi tersebut antara lain dapat berupa efek farmakologis, efek samping, interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan. Efek farmakologis, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetik.
Setelah pemberian imunisasi, apakah bayi boleh langsung diberi ASI?
ASI dapat diberikan segera setelah pemberian imunisasi, karena ASI juga mengandung antibodi yang dapat mengikat vaksin polio oral, sehingga akan meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit polio.
Bagaimana kalau timbul reaksi alergi pada anak?
Terkadang pada suntikan pertama tidak berdampak apa-apa. Tapi, suntikan kedua atau ketiga anak mengalami gatal-gatal. Berarti pemberian imunisasinya harus distop, kemungkinan anak alergi terhadap bahan-bahan yang ditambahkan pada vaksin. Alergi tidak bisa diprediksi, sama seperti alergi obat.
Vaksin yang dibuat dengan memakai embrio telur sebaiknya diberikan secara hati-hati kepada mereka yang alergi telur, antara lain vaksin influenza, campak dan parotitis.
Bagaimana pula dengan anak yang memiliki riwayat kejang, dan yang menderita Epilepsi, bolehkah tetap imunisasi?
Jangan takut jika memiliki anak epilepsi. Sebab, anak yang menderita epilepsi tidak ada kontra indikasi untuk imunisasi.
Untuk anak yang pernah kejang, memang dianjurkan untuk tidak diimunisasi dengan DTwP, yaitu vaksin DPT yang bisa menyebabkan demam. Anak diimunisasi dengan DtaP (DPT yang tidak menimbulkan demam) atau vaksin DT (tanpa komponen Pertusis).
Written by Dr. Dono Baswardono, AISEC, MA, Ph.D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar